Hari Pendidikan Nasional, Makna Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Menghadapi Dinamika Pendidikan

Saipul Yudi
Kepala Dindik Jatim, Aries Agung Paewai, mengungkapkan langkah strategis untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 melalui implementasi semboyan Ki Hajar dalam pendidikan. Foto iNEWSSURABAYA/ist

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID - Pendidikan Indonesia selalu erat kaitannya dengan filosofi dan semboyan sakral Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Semboyan yang lahir pada masa penjajahan Belanda ini terus relevan hingga kini, memberikan panduan penting dalam menghadapi berbagai dinamika pendidikan di Indonesia. 

Di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 yang jatuh pada 2 Mei, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur, Aries Agung Paewai, memberikan penjelasan mendalam tentang makna filosofi Ki Hajar untuk pendidikan berkualitas di Jawa Timur, yang mendukung visi Indonesia Emas 2045.

Menurut Aries, semboyan sakral yang disuarakan Ki Hajar Dewantara selama masa penjajahan tetap menjadi kekuatan vital dalam menjaga marwah pendidikan Indonesia. 

Filosofi ini, kata Aries, menjadi dasar yang kokoh dalam menghadapi tantangan pendidikan modern. Ing Ngarsa Sung Tuladha (memberi teladan di depan), Ing Madya Mangun Karsa (membangun semangat di tengah), dan Tut Wuri Handayani (memberi dorongan dari belakang) harus diterapkan secara holistik oleh para pendidik di seluruh Indonesia.

“Ketiga semboyan ini bukan hanya relevan, tapi juga esensial dalam menghadapi dinamika pendidikan. Dalam konteks Jawa Timur, filosofi ini menjadi landasan kita dalam meraih Indonesia Emas 2045,” ujar Aries pada Kamis (1/4).

Mengimplementasikan Semboyan Ki Hajar dalam Konteks Pendidikan Saat Ini

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha: Memberi Teladan di Depan

Filosofi ini mengingatkan bahwa seorang pendidik harus menjadi teladan yang baik, tidak hanya dalam proses pembelajaran tetapi juga dalam interaksi sehari-hari. Aries menegaskan bahwa guru memiliki tanggung jawab besar untuk menunjukkan sikap yang penuh kasih, menghargai perbedaan, dan menghindari kekerasan dalam bentuk apapun.

“Guru harus menjadi panutan bagi siswa, bukan hanya dalam akademik tetapi juga dalam pengembangan karakter yang baik. Kekerasan dalam pendidikan adalah pelanggaran terhadap prinsip ini,” tambah Aries.

2. Ing Madya Mangun Karsa: Membangun Semangat di Tengah

Di tengah perkembangan pendidikan yang sangat dinamis, semboyan ini menekankan pentingnya peran guru sebagai fasilitator dan motivator. Dalam dunia yang terus berubah, guru harus mampu membangkitkan semangat belajar dan menciptakan lingkungan yang interaktif serta kolaboratif.

“Guru harus mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan memfasilitasi murid untuk berkembang dengan cara yang positif dan konstruktif. Pendekatan yang memaksa atau mengintimidasi justru akan merusak semangat belajar mereka,” tegas Aries.

3. Tut Wuri Handayani: Memberikan Dukungan dari Belakang

Dalam era otonomi pendidikan, guru berperan sebagai mentor dan pendamping. Semboyan ini mengajak pendidik untuk memberikan dukungan dan kebebasan kepada murid dalam mengembangkan diri. Aries menyebutkan bahwa guru harus menjadi fasilitator yang membantu siswa menemukan dan mengolah pengetahuan, bukan sekadar sebagai sumber pengetahuan utama.

“Pendidikan bukan tentang merendahkan atau menyakiti murid, melainkan memberdayakan mereka untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri dan berdaya saing global,” katanya.

Aries mengungkapkan beberapa langkah strategis yang akan diambil dalam rangka implementasi filosofi Ki Hajar Dewantara untuk membangun pendidikan di Jawa Timur:

1. Penguatan Kompetensi dan Karakter Pendidik

Pelatihan berkelanjutan bagi para pendidik untuk memperdalam pemahaman tentang filosofi Ki Hajar, serta keterampilan komunikasi dan pembuatan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan penuh kasih sayang.

2. Penciptaan Lingkungan Belajar Positif dan Inklusif

Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi semua siswa, dengan kebijakan yang jelas untuk mencegah dan menangani kekerasan serta program anti-bullying.

3. Pembelajaran Berpusat pada Murid

Kurikulum yang fleksibel dan adaptif yang mendukung pembelajaran aktif, kreatif, dan kolaboratif. Guru akan diajak untuk menggunakan metode inovatif dan teknologi yang meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Kemitraan antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat

Pendidikan harus menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sinergi antara ketiga pihak ini akan menciptakan ekosistem pendidikan yang holistik dan mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh.

5. Pengembangan Kepemimpinan Visioner dan Transformasional

Kepala sekolah dan pengawas memiliki peran penting dalam mengimplementasikan filosofi Ki Hajar Dewantara di tingkat satuan pendidikan. Mereka harus menjadi pemimpin yang memberi teladan dan menciptakan budaya sekolah yang positif.

Dengan filosofi Ki Hajar Dewantara sebagai panduan, Aries yakin bahwa pendidikan di Jawa Timur akan semakin berkualitas dan berkarakter. Penanganan isu kekerasan di sekolah akan menjadi bagian integral dari upaya ini, dengan fokus pada pencegahan, penindakan yang tegas, serta pemulihan bagi korban.

“Dengan menginternalisasi dan mengimplementasikan filosofi Ki Hajar Dewantara, kami yakin pendidikan di Jawa Timur akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang unggul, berdaya saing global, dan berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tutup Aries.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network