Sementara untuk membangun kekuatan pasukannya kembali maka Tumenggung Surontani memerintahkan Tumenggung Alap-Alap untuk menyerang Lumajang dan Renong namun Bupati kedua daerah itu berhasil melarikan diri.
Tumenggung Alap-Alap berhasil menjarah harta benda milik Bupati dan membawa semua perempuan untuk dibawa pulang.
Aksi penyerangan dilanjutkan ke daerah Malang dan berhasil manangkap Bupati Malang Ronggo Toh Jiwo yang sempat melarikan diri dari kejaran pasukan Tumenggung Alap-Alap.
Cara penyerangan dan aksi teror yang ditebar oleh pasukan Mataram ini berhasil membuat ketakutan semua daerah-daerah protektorat Surabaya. Dalam waktu yang singkat Mataram berhasil menggempur daerah-daerah di Jawa Timur.
Tidak semua serangan Mataram berhasil, ada juga beberapa pertempuran yang mengakibatkan pasukan Mataram kocar-kacir seperti pertempuran yang terjadi di Sungai Andaka yang kini bernama Sungai Brantas. Dimana dua pemimpin dari pasukan Mataram yakni Arya Surontani dan Ngabehi Ketawang wafat dalam pertempuran tersebut.
Menyerang terlebih dahulu kota-kota satelit disekitar Surabaya tujuannya adalah untuk memutus jalur logistk yang bertujuan ke Surabaya.
Sebagai kota pelabuhan Surabaya menggantungkan dirinya pada daerah-daerah pedalaman untuk suplai kebutuhan sehari-hari bahkan kebutuhan akan air pun diambil dari Kalimas, salah satu dari dua pecahan aliran Sungai Berantas dari Mojokerto.
Kelak dari Sungai Berantas inilah yang membuat Surabaya bisa dibuat bertekuk lutut. Taktik demikian dilakukan karena serangan langsung ke Surabaya seringkali gagal karena bala bantuan dari Madura selalu membantu Surabaya untuk mempertahankan daerahnya.
Editor : Ali Masduki