Mengutip dari Sejarawan, Hermanus Johannes De Graaf, pertempuran dengan Surabaya sudah dalam tahap sangat kritis, sebanyak 80 ribu orang mengepung Kota Surabaya akan tetapi Mataram lebih memilih untuk defensive dan mencari cara yang mematikan untuk menaklukkan Surabaya.
Pasukan Mataram mendirikan perkemahan di Mojokerto sambil waktu yang tepat untuk menyerang Surabaya.
Tumenggung Mangun Oneng yang diberi mandat untuk memimpin Surabaya lebih memilih untuk menghindari kontak fisik dengan pasukan Surabaya dikarenakan dapat merugikan pasukannya sendiri. Dia lebih memanfaatkan Sungai Berantas yang menjadi penyuplai air bersih bagi Surabaya.
Kali melancarkan taktik membuat bendungan untuk menyumbat aliran air ke Surabaya dengan menggunakan batang pohon kelapa dan bambu yang diletakkan membentang dari dasar sungai sampai ke permukaannya.
Setelah air tersumbat dan hanya mengalir sedikit saja pasukan Mataram menceburkan bangkai binatang dan menceburkan keranjang buah aren. Bangkai menyebabkan air berbau busuk dan buah aren menyebabkan gatal-gatal yang luar biasa pada penduduk Surabaya sehingga pasukan Mataram dengan mudahnya menyerang Surabaya.
Strategi tersebut tidak sia-sia dikarenakan selain ada masaalah kelaparan tadi kini muncul masalah baru yaitu penduduk Surabaya terkena wabah penyakit gatal-gatal yang luar biasa.
Editor : Ali Masduki