Sementara itu, Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW) 11 BKSDA Pulau Bawean Nur Syamsi mengatakan, pihaknya bersama petugas BKSDA Bawean langsung melakukan identifikasi pengukuran satwa langkah tersebut.
“Panjangnya 86 cm, lingkar badan 130 cm, lebar ekor 58 cm dan panjang sirip 33 cm,” ungkapnya.
Menurut dia, Dugong yang mati tersebut berjenis kelamin jantan. Dugong juga mengalami luka sirip sebelah kiri. “Kemungkinan luka tersebut akibat benturan karang laut, yang diperkirakan sudah tiga hari lebih Dugong mati,”ujarnya.
Ia menuturkan, kejadian yang ketiga kalinya penemuan ikan jenis duyung di lokasi yang sama ini akan segera dilakukan tindak lanjut.
Yusra dari Perkumpulan Peduli Konservasi Bawean menuturkan, dDiperlukan adanya upaya konservasi bersama untuk perlindungan habitat duyung dan beberapa usaha untuk menyelamatkan mamalia ini.
“Kami berharap kepada pihak KKP untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir dan nelayan tentang kondisi duyung dan menjelaskan tentang peran penting padang lamun terhadap keberlangsungan hidupnya, atau ada program dan kegiatan rencana aksi konservasi bersama masyarakat pulau Bawean terhadap duyung dan habitat aslinya, yaitu padang lamun,” ungkapnya.
“Catatan kami (Konservasi Bawean ) selama kurun tiga tahun terakhir ini sudah ada empat (4) dugong yang mati terdampar di Pulau Bawean. Dengan rincian di Tahun 2021 masing-masing satu dugong mati di Perairan Mayangkara, Kepuhteluk Kecamatan Tambak, Pulau Bawean dan di Perairan Sumur-sumur Desa Kumalasa, Kecamatan Sangkapura,” bebernya.
Editor : Arif Ardliyanto