Miss Hesti melanjutkan, ada 5 metode Montessori yang diterapkan. Pertama ada Area Practical Life untuk melatih motorik anak. Siswa akan diajak bermain menggunakan material atau bahan.
Kemudian Area Sensorial untuk melatih panca indra anak. Selanjutnya Area Lingual berupa pelatihan tiga bahasa, yakni bahasa Inggris, Mandarin dan Bahasa Indonesia. Di mana setiap kelas memiliki tiga guru bahasa.
Tiga bahasa diajarkan mulai tingkat toddler usia 18 bulan sampai dua tahun. Masa-masa itu adalah masa anak belajar berbicara. Sekolah tiga bahasa ini juga mendatangkan guru native langsung dari negeri tirai bambu.
"Anak-anak saat usia golden age merekam lebih cepat setiap pembelajaran. Sekolah berusaha menciptakan lingkungan tiga bahasa maka secara tidak langsung anak-anak akan terbiasa dan bisa langsung bisa mengucapkan tanpa perlu diajari," kata Hesti.
Ke empat yaitu Area Mathematics yaitu belajar hitungan menggunakan material yang unik. "Jadi matematika tidak menjadi momok buat anak-anak. Belajarnya sambil main dengam material Montessori," ucapnya
Terakhir yakni Area Cultural yang lebih ke arah tematik. "Itu bedanya Montessori School dengan yang lain," sambungnya.
Metode yang diajarkan pun, Miss Hesti menjelaskan bahwa setiap jenjang dari Toddler, Playgroup/PAUD, Kindergarten/TK, hingga Primary/SD semuanya berkesinambungan sesuai dengan perkembangan usia anak.
Sementara itu, Kepala Sekolah TK, Yunike Mei Setianingsih M.Pd., menjelaskan jika open house merupakan kegiatan rutin Surabaya Montessori School.
Open house Montessori School setiap tahun ini sekaligus membangun sinergi antara sekolah dan masyarakat umum, khususnya wali murid yang ada di Surabaya Montessori School. Banyak kegiatan pentas seni got talent hingga perlombaan math race dan mewarnai gantungan kunci. Acara dihadiri oleh seluruh wali murid maupun masyarakat umum.
Editor : Ali Masduki