Di Indonesia, pelayanan sampah hanya mampu menjangkau 30% hingga 40% penduduk. Sehingga 60%-70% penduduk tidak mendapatkan pelayanan sampah yang mengakibatkan mereka membuang sampahnya sembarangan seperti membuang ke saluran air, kesungai, tepi pantai, lahan kosong, dipendam dipekarangan atau 40% jumlah sampah yang timbul berakhir dengan dibakar.
"Padahal membakar sampah akan menghasilkan senyawapenyebab kanker yang dikenal dengan dioksin dan furan," ucap Amir.
Sementara itu Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi menuturkan, selama melakukan brand audit sampah plastik di tiga lokasi seperti Hulu Simerah, Kampung Hulu dan Muara Krueng Rasulah, tim menemukan sampah-sampah plastik yang bermerk.
Hasil identifikasi, ada 500 piece (lembar) sampah plastik berupa sachet (multilayer), botol dan gelas plastik, popok, Styrofoam wadah mie dan plastik single layer (selapis).
Hasil dari audit didapatkan bahwa terdapat 5 Brand besar yang paling banyak ditemukan menjadi sampah di Sungai adalah Produk dari PT Wings, PT Unilever, PT Indofood, PT Mayora, PT Unicharm dan PT Frisian Flag.
"Keenam Brand ternama ini sebanyak 68% dari sampah plastik yang ditemukan di Krueng Rasulah,” kata Prigi.
Editor : Ali Masduki