Selain itu, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Politik Universitas Airlangga ini berpendapat bahwa saat ini masyarakat Indonesia sudah pandai dalam memilih pejabat politik, utamanya calon presiden.
Menurutnya, masyarakat tentu akan mempertimbangkan pengalaman pemerintahan dari calon presiden yang akan mereka pilih.
“Nah itu (pengalaman pemerintahan, Red) yang belum dimiliki oleh Raffi Ahmad,” terangnya.
Kegagalan Kaderisasi
Selain itu Ali menilai, partai politik yang tidak mengusung kadernya sendiri mengindikasikan bahwa partai telah gagal dalam melakukan fungsinya yaitu kaderisasi.
Jika dalam memilih calon presiden partai politik hanya melihat popularitas tanpa pengalaman pemerintahan, kemungkinan besar akan mendapatkan kekalahan.
Ali menegaskan, pemilihan kader hanya berdasarkan popularitas belaka harus menjadi renungan semua partai politik. Khususnya tokoh yang akan dicalonkan sebagai presiden dalam Pemilu 2024.
“PR besar partai politik untuk menghasilkan kader-kader yang mempunyai popularitas tinggi juga elektabilitas tinggi,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki