SURABAYA, iNews.id - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diisukan mengusulkan Raffi Ahmad sebagai calon presiden dari PKS dalam Pemilu 2024. Sontak, kabar tersebut menjadi trending topik beberapa hari belakangan.
Pakar Ilmu Politik Unair, Ali Sahab menilai bahwa sangat wajar jika partai menengah seperti PKS mengusung calon presiden dengan popularitas yang tinggi ditambah dengan finansial yang kuat.
“Akan tetapi, perlu diingat bahwa popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas. Sehingga apa yang dikemukakan PKS hanya candaan politik saja,” terang Ali.
Menurutnya, Raffi Ahmad tidak akan menerima tawaran dari PKS tersebut. “Karena hitung-hitungan peluang masih kecil dan belum punya pengalaman,” katanya.
Ali menuturkan, terus mengembangkan usaha atau bisnis yang tengah digeluti akan lebih menjanjikan bagi Raffi Ahmad dibanding mengajukan diri menjadi calon presiden.
Selain itu, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Politik Universitas Airlangga ini berpendapat bahwa saat ini masyarakat Indonesia sudah pandai dalam memilih pejabat politik, utamanya calon presiden.
Menurutnya, masyarakat tentu akan mempertimbangkan pengalaman pemerintahan dari calon presiden yang akan mereka pilih.
“Nah itu (pengalaman pemerintahan, Red) yang belum dimiliki oleh Raffi Ahmad,” terangnya.
Kegagalan Kaderisasi
Selain itu Ali menilai, partai politik yang tidak mengusung kadernya sendiri mengindikasikan bahwa partai telah gagal dalam melakukan fungsinya yaitu kaderisasi.
Jika dalam memilih calon presiden partai politik hanya melihat popularitas tanpa pengalaman pemerintahan, kemungkinan besar akan mendapatkan kekalahan.
Ali menegaskan, pemilihan kader hanya berdasarkan popularitas belaka harus menjadi renungan semua partai politik. Khususnya tokoh yang akan dicalonkan sebagai presiden dalam Pemilu 2024.
“PR besar partai politik untuk menghasilkan kader-kader yang mempunyai popularitas tinggi juga elektabilitas tinggi,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki