Dalam suratnya, Wafid juga menjelaskan bahwa peningkatan aktivitas di Kawah Gunung Ijen seringkali ditandai oleh perubahan warna air danau kawah dari hijau menjadi hijau keputih-putihanan, hal ini terjadi akibat naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan akibat adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau. Suhu air kawah Ijen juga akan meningkat seiring dengan tekanan atau konsentrasi gas yang keluar dari dasar danau.
“Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen ini, biasanya gelembung-gelembung gas dipermukaan air kawah akan muncul. Pengukuran suhu air danau pada tanggal 5 Januari 2023 juga menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pengukuran Bulan Desember 2022,”jelas Wafid dalam suratnya.
Dalam suratnya, Wafid juga menambahkan, potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanik di Gunung Ijen pada saat ini. Antara lain, gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah yang berasal dari aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen dan juga difusi gas-gas vulkanik dari dalam kawah ke permukaan. Selain itu juga erupsi freatik berupa semburan gas dari danau kawah. Erupsi freatik bisa terjadi tanpa didahului oleh peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan.
“Beberapa kejadian peningkatan aktivitas Kawah Ijen seringkali diikuti oleh kejadian outburst gas atau semburan gas dari danau kawah Ijen. Gas yang menyembur tersebut terutama adalah CO2. Gas CO2 ini mempunyai berat jenis yg lebih berat dari udara, sehingga CO2 yang keluar akibat semburan ini, cenderung akan mengalir menyusuri lembah seperti kejadian letusan atau semburan gas di Kawah Ijen di Bulan Maret 2018 yang lalu,”imbuhnya.
Editor : Arif Ardliyanto